Indonesia andalkan sawit untuk pangkas tarif impor AS 19 persen

Indonesia andalkan sawit untuk pangkas tarif impor AS 19 persen

Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh Republik Indonesia (LBBP RI) untuk Amerika Serikat, Dwisuryo Indroyono Soesilo mengungkap bahwa negosiator sedang berupaya menawarkan minyak sawit untuk menurunkan kembali tarif resiprokal Amerika Serikat sebesar 19 persen.

Berbicara dalam wawancara khusus dengan ANTARA di Jakarta, Selasa, Dubes Dwisuryo menjelaskan bahwa pada pekan kedua September ini, delegasi Indonesia akan mengusulkan pengurangan tarif dengan menawarkan sejumlah komoditas unggulan yang tidak diproduksi di Amerika Serikat, salah satunya minyak sawit.

“Contohnya, Amerika Serikat sangat membutuhkan minyak kelapa sawit. Jadi, jika kita mengekspor minyak sawit, diharapkan tarifnya bisa dikurangi, bukan 19 persen,” katanya.

Komoditas lainnya yang akan ditawarkan Indonesia adalah udang, kayu, dan furnitur, hingga tembaga dan nikel. Indonesia, lanjutnya, juga masih memiliki peluang untuk meningkatkan ekspor tekstil dan garmen karena memiliki pasar yang besar di Amerika Serikat.

Namun, masih menurut dia, produksi di sektor tersebut masih di bawah 20 persen dari kebutuhan.

“Kita tahu bahwa semua bentuk kerja sama akan membawa keuntungan bagi kedua negara. Misalnya, tekstil dan garmen jadi dari Indonesia memiliki pasar yang besar di Amerika Serikat. Namun, saat ini aktivitas produksi garmen dan pakaian jadi di Indonesia masih belum optimal,” ucapnya.

Kendati tidak menjawab apakah Indonesia akan mengincar penurunan tarif hingga 0 persen, dirinya menekankan harapan bahwa melalui penawaran ekspor komoditas unggulan, Indonesia meyakini bahwa tarif resiprokal dapat kembali diturunkan.

“Kita akan lihat nanti. Saat ini, mari kita beri kesempatan kepada delegasi kita di Amerika Serikat yang sedang berdiskusi dengan pihak AS untuk mencari jalan terbaik bagi kedua negara,” tambahnya.

Lebih lanjut, Dubes Dwisuryo menyampaikan bahwa ekspor Indonesia ke Amerika Serikat mencapai 26 miliar dolar AS (sekitar Rp 426,5 triliun) ke Amerika Serikat pada 2024, sedangkan ekspor Amerika Serikat ke Indonesia hanya sebesar 10 miliar dolar AS (Rp164,4 triliun), yang berarti Indonesia mencatatkan surplus.

Terkait penerapan tarif resiprokal yang dikenakan Amerika Serikat terhadap lebih dari 50 negara, dirinya menilai bahwa Indonesia dan Amerika Serikat sama-sama ingin menciptakan keseimbangan perdagangan yang lebih baik.

“Indonesia mencatat surplus sebesar 16 miliar dolar AS (Rp262,5 triliun). Saat ini, yang kami pikirkan adalah Amerika Serikat ingin tercipta keseimbangan yang lebih baik, namun Indonesia juga ingin bersama-sama meningkatkan kerja sama ini,” kata dia.

Tarif impor produk Indonesia ke pasar Amerika Serikat (AS) berhasil ditekan menjadi sebesar 19 persen dan jauh lebih baik dari angka awal sebelumnya yang sebesar 32 persen.

Hal tersebut diputuskan dalam kesepakatan tingkat tinggi dari komunikasi langsung Presiden RI Prabowo Subianto dengan Presiden AS Donald Trump.

Meski tarif 19 persen sudah berlaku sejak 7 Agustus lalu, Indonesia masih berupaya melanjutkan negosiasi di Washington D.C dengan target tarif 0 persen untuk produk-produk tertentu, seiring Amerika Serikat yang masih membuka ruang diskusi.

situs slot 88